Puas Berwisata di Thailand Sehari Dua Malam

By Food Travel Zone - January 14, 2020

Di depan kantor pemerintahan Thailand di kawasan Grand Palace

Baru terlaksana tahun ini ke Bangkok Thailand padahal ingin ke sana sejak 2010. Lama ya? Faktornya banyak. Mulai dari penentuan prioritas, persiapan anggaran dan lain-lain. Dalam dua tahun belakangan, saya lagi ngebut traveling. Karena dengan traveling banyak sekali pelajaran hidup dan inspirasi yang didapatkan. Terutama sesuatu hal yang tak terjadi di Indonesia.

Melihat sesuatu yang tak biasa disaksikan semakin membuat diri terbuka sudut pandang dengan banyak hal. Mempelajari hal baru dan menyesuaikan sikap dengan orang baru. Bahkan, setelah traveling suka banyak ide seliweran. Ide menguntungkan pastinya. :) 

Berangkat ke Thailand bikin drama soal paspor yang belum diperpanjang, masih beruntung dan masih rezeki, paspor jadi di hari H kami berangkat, untungnya beli tiket penerbangan sore, jadi saya dan Sekar langsung bawa koper ke imigrasi Jakarta Barat, sempat pasrah takutnya belum jadi, alhamdulillah ternyata kelar dan kami langsung cabut ke bandara. Lega tapi lemas!

Mengunjungi Thailand, negara yang bukan pengguna Bahasa Inggris, membuat komunikasi kadang stuck. Herannya lagi, pekerja imigrasi di kedatangan bandaranya pun memakai bahasa isyarat dan tidak ramah.

Entahlah, saya merasa masih banyak pertanyaan soal ini. Mereka mayoritas seragam berbahasa isyarat dengan orang asing apakah karena menghindari kericuhan suara karena tidak mengerti, lalu menerapkan kebijakan dengan bahasa isyarat saja agar lebih tertib. Atau ada alasan lain. Saya masih belum menemukan jawaban yang memuaskan.

Bersama foto Raja Vajiralongkorn

Saya ke sana bersama Sekar, Liswanti dan Riri. Langsung terpana melihat foto Raja Vajilalongkorn dalam figura besar yang dihiasi kain kuning emas dan bunga gladiol berukuran besar. Rupanya di sana raja itu didewakan. Foto serupa ada juga di sudut-sudut kota Bangkok serta di pasar dan tempat umum lainnya. Menurut penduduk lokal, jika ada yang menginjak foto tersebut atau merusaknya, bisa terkena hukuman penjara.

Kami tiba di Don Mueang International Airport, tak begitu ramai di bandara ini. Nasib baik bagi kami karena menurut cerita teman, jika melalui Bandara Suvarnabhumi antrean imigrasi sangat ramai karena itu adalah bandara utama Thailand. Kalau di Indonesia, Don Mueang itu Bandara Halim-nya.


Kami yang tak menyusun itinerary dari awal, tak memikirkan mau naik transportasi apa ke hotel di Khao San Road. Tanpa pikir panjang, untuk memulai petualangan, kami browsing dan ketemu Bus Express No. A4. Cukup nyaman, ber-AC dan harganya lebih murah dari pada naik taksi, yaitu THB50 saja. Kalau dalam Rupiah lebih kurang Rp22.500.



  



Turun langsung di Khao San Road. Berbekal petunjuk google map, akhirnya kami sampai di hotel. Dengan gelak tawa yang lepas karena tertahan sejak tiba di Bandara Don Mueang, kami menertawakan diri karena rupanya kami menginap di kawasan ajep-ajep. Khao San Road yang bagaikan di kawasan Legian Bali. Dunia malam yang panjang dengan turis asing yang tumplek di sepanjang 400 meter jalan dengan kafe, hostel dan pedagang kaki lima.

Musik dugem terdengar hingga ke hotel kami padahal lumayan jauh juga masuk gang. Tapi, ini jadi cerita unik tentunya. Kami tak menyesal. Karena hanya 3 hari 2 malam dan kami baru sampai di Khao San Road jam 11 malam, kami tak mau rugi. Setelah mandi dan shalat, kami ke luar untuk cari makan dan jalan-jalan.

Orang mabuk berseliweran, musik memekakan telinga dan riuh pedagang kaki lima menawarkan dagangannya membuat kami sibuk menebarkan pandangan. Kami cukup berhati-hati, menurut pedagang lokal, pencopet biasanya malam itu beraksi mencari mangsa.

Kami langsung kalap dengan sea food yang dijajakan di kakilima. Terutama untuk cumi bakar seharga THB50 yang ukurannya jumbo plus sambalnya yang khas manis pedas asam, Thailand banget! Bikin kami ketagihan.

Buah-buahan yang terbaik kami lahap pula, termasuk durian yang aduhai! dan tak lupa membeli Pho. Sejenis Mie Kwetiau dengan topping pilihan, bisa sapi atau sea food. Kebetulan Pho yang kami beli ada logo halalnya. Ter-aman bagi Muslim, jika jajan di Thailand, mendingan beli sea food atau buah-buahan saja. Karena MCD di sana juga menyediakan menu pork. Pilih restoran harus hati-hati sebab makanan halal susah di sana.

Jika nasib baik ketemu pedagang makanan yang muslim, bisa beli Beef Kebab yang dijual ibu-ibu berkerudung. Di Thailand juga banyak Muslim yang berjualan makanan. Biasanya, kami langsung borong untuk sekalian makan di hotel.

Setelah kenyang, kami berempat nongkrong di jalan utama Khao San Road yang jauh dari kawasan dugem tadi. Kami menikmati malam sambil membeli camilan jagung rebus yang dijual di pinggir jalan oleh ibu-ibu. Jagung warnanya putih, rasanya seperti ketan. Legit banget! Makanan lokal yang paling saya sukai adalah umbi-umbian rebus ini.




Makanan ekstrim pun banyak, jadi ingat Pasar Tomohon di Manado kalau ini hehe. Lihat saja, ada buaya guling, jangkrik goreng, kumbang dan kalajengking. Kami tak mencobanya karena semua makanan ekstrim itu tidak halal dan geli pastinya karena tak terbiasa. Kalau jangkrik halal tapi kami tetap saja tak mau mencobanya. Cukup foto-foto dan cuma foto kita musti bayarTHB10 atau kisaran Rp5000.  

Mau ajak ngobrol mereka percuma. Karena mereka tak mengerti blass Bahasa Inggris. Pokoknya, jika ke Thailand tanpa pakai jasa travel, mendingan banyak-banyak cari informasi melalui browsing. Jadi lebih puas karena tahu informasi tempat yang sedang dikunjungi termasuk sejarahnya.

Jam 2 pagi kami pulang ke hotel. Tidur dan besoknya, pagi sekali kami bergegas supaya kenyang jalan-jalan di tengah waktu yang sempit. 

Grand Palace


Tujuan pertama, adalah mengunjungi Grand Palace kediaman para Raja Thailand.

             




Kami di sana hanya mengitari luarnya karena tiket masuk lumayan mahal. Dari luarnya juga sudah terlihat bagus. Kami juga memburu waktu untuk ke tempat lainnya. Tadinya mau ke Wat Arun, tapi perut sudah keroncongan padahal sudah sarapan. Kami memutuskan ke Chatuchak Weekend Market saja dulu buat cari makan.

Gems Gallery International Manufacturer


 
       Gems Gallery pabrik perhiasan emas dan perak
                                


Di tengah perjalanan menuju Chatuchak, beruntung banget kami menemukan sopir taksi yang cooperative dan mau berbagi banyak informasi. Sopit taksi ini banyak cerita soal wisata Thailand, kisah rajanya dan kami pun diberi tahu tempat-tempat wajib kunjung jika ke Bangkok.

Menurut info dari sopir taksi yang kami tumpangi, lupa kami tak menanyakan namanya. Setiap taksi resmi di Thailand diberikan rewards berbentuk poin jika berhasil mengangtarkan turis mancanegara ke tempat wisata wajib dari pemerintah. Apa lagi jika sambil belanja di tempat tersebut.

Selain sopir dapat poin, penumpang juga dapat gratisan naik taksi tapi kudu masuk ke destinasi wisatanya. Misalnya ke Madame Tussauds atau ke Gems Gallery International Manufacturer. Pabrik perhiasan sekaligus toko tempat belanjanya. Kami di dalam tak diperkenankan mengambil foto perhiasan dengan alasan privacy dan hak cipta. Tapi kami diperbolehkan memotret para pekerja yang sedang membuat perhiasan-perhiasan emas dan perak tersebut.

Puas keliling di Gems Gallery, kami cabut ke Chatuchak dengan taksi yang sama. Dan kesan mendalam di Gems Gallery ini, semua pegawainya bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Lagi-lagi ini karena sikap royal orang Indonesia yang doyan belanja hehehe. Salut sama dukungan total Pemerintah Thailand terhadap pariwisatanya. #kode buat pemerintah Indonesia.

Chatuchak




Es Kelapa thailand
            
Thai Milk Tea
Jus Jeruk
                      
Street Food favorit kami

Sampailah kami di Chatuchak, yang kami cari pertama tentu makanan, tertuju langsung ke Coconut Ice Cream yang dijajakan dengan kemasan batok kelapa kecil. Kami menikmati dengan lahap karena beda dengan es krim biasanya. Topping es krim yang banyak dan es krim yang gurih membuat kami kenyang duluan sebelum mencari makanan utama.

Karena kekenyangan es krim, kami langsung belanja oleh-oleh dan baju karena harganya super miring. Banyak juga pedagang di sana yang bisa berbahasa Indonesia dengan aksen lucu. Karena menurut mereka, orang Indonesia paling royal belanja. Gak semua kali! Saya saja di sana gak beli banyak. Riri sama Liswanti yang borong abis hehehe.

Keliling Chatuchak cukup memakan waktu. Sampai tak terasa waktu sudah Ashar. Alhamdulillah di Chatuchak menyediakan Mushala sehingga kami shalat dulu dan melanjutkan ke destinasi lain. Lagi-lagi kami tak menyiapkan itinerary, akhirnya kami memutuskan ke Madame Tussauds Bangkok.

Madame Tussauds Bangkok


Kami langsung mencari bus ke stasiun kereta api Mo Chit BTS. Hanya dengan 8THB atau lebih kurang Rp4000 saja dari Chatuchak. Disambung naik kereta turun di Siam Discovery, masuk dan naik ke lantai 4. Karena Madame Tussauds Bangkok berada di dalam Mall ini.

Menyerbu semua figur-figur patung lilin yang dikelompokkan mulai dari musisi, politisi dan tokoh-tokoh dunia. Mulai Michael Jackson, David Beckham, Mahatma Gandhi dan lain-lain. Untuk Madame Tussauds ini, akan saya posting secara terpisah ya. Pokoknya di sini bisa pose unik atau songong bersama tokoh-tokoh hebat itu.



Setelah puas mengitari Madame Tussauds, kami kembali ke hotel menggunakan Tuktuk. Berempat terkesan maksa, pokoknya asal semua keangkut, karena kami gak mau pisah hahaha. Akhirnya ditumpuk dan si abang Tuktuk langsung nyeletuk kalau bahasa kitanya begini “Kalian pasti dari Indonesia ya? Sudah biasa begini kalau naik tuktuk.” Katanya hahaha kami pun spontan ketawa setengah malu-malu singa. Gimana gak malu? Kebiasaan +62 pengin irit, gak mau pisah sampai rela umpel-umpelan.

Tuk Tuk
Begini kami umpel-umpelan di tuktuk :))

Tapi si abang tuktuk tetap ramah dan ikut ketawa tanda sudah memaklumi dan tak permasalahkannya. Baiklah karena kami merasa gak enak hati, gak mau juga nama bangsa tercoreng gara-gara umpel-umpelan di tuktuk, akhirnya kami tambahin ongkosnya dari kesepakatan di awal walau di abang tuktuk gak masalah sebenarnya.

Sampai di Khao San Road, kami dihadapkan lagi dengan dunia ajep ajep ini lebih parah! Banyak bule mabok dan teriak-teriak tapi blessed kami aman saja dan gak ada yang gangguin. Mereka mabok ((beradab)) kali ya?








Kembali kulineran sea food, beli Beef Kebab di Mba Mba Thailand berkerudung, kali ini kita borong mumpung halal ya? Sekalian buat makan di hotel. Puas, balik ke hotel dengan perasaan senang.

Tiga hari dua malam di Bangkok Thailand, walau singkat banget, mengingat kami landing jam 10 malam dan pulang jam 8 pagi udah boarding berarti kalau dihitung kasar kami Cuma sehari ya di Bangkok? Tapi kami puas, bisa ke beberapa tempat, kulineran, belanja, city tour dan merasakan banyak moda transportasi. Mulai Taksi, Tuktuk, Bus yang masih bagusan dari kopaja kita, kereta api dan bus patas.

Kami pun puas bisa berinteraksi dengan warga lokal walau dengan sekuat tenaga sampai berhasil membuat mereka ngerti. Kesan ini bikin kami tersenyum sendiri atau ngakak bareng saat mengingatnya. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

  • Share:

You Might Also Like

11 comments

  1. Kalau ingat perjalanan ini selalu kocak banget haha. Apalagi pas naik tuktuk

    ReplyDelete
  2. Thailand itu seru juga dijelajahi ya
    Banyak yang unik-unik di sana. Apalagi kulinernya yang ekstrim itu. Huaaaa aku lihat fotonya aja udah merinding
    Btw yang pernyataan abang Tuk Tuk itu bikin aku ngikik. Orang Indonesia terkenal euy hihihiihhi

    ReplyDelete
  3. Tehhh itu kalajengking make my night so niggt mare plus buaya mangapnya..tapi food market disana khusus makanan ekstrem seperti d Manado juga ya teh. Duh jadi mupeng banget bisa k luar negeri, semoga tahun ini hehe. Pas baca kisah teh Ani, jadi noted sama beberapa hal kalo semisal aku nanti ke Bangkok

    ReplyDelete
  4. Mengikuti cerita Teh Ani sejak pembuatan paspor yang penuh drama itu di Wag. Eh saat kita ramai mempertanyakan gimana jadi akhirnya paspor Teteh, ternyata tidak betapa lama muncul foto di FB yang bikin kita di wag kompak lega... Teh Ani lolos! super 10 mode on hehehe

    ReplyDelete
  5. Iya aku ngikutin kisah pasport itu teh..luar biasa jd ikut deg deg an.. Nya..Bye iya ya Thailand penduduknya banyak yg ga bs bahasa Inggris..jd rada susah komunikasi deh..

    ReplyDelete
  6. Seru banget perjalanannya, Teh. Bareng teman - teman akrab makin berkesan. Saya jadi pengin travelling ke sana bareng sohib - sohib juga nih. Yang satu frekuensi supaya senang dan susah tetep asyik.
    BTW, citra turis Indonesia gini banget ya : royal belanja, tapi maunya irit. Aya - aya wae. hahaha...

    ReplyDelete
  7. Ih teteh jadi, aku jd pengen segera ke Bangkok deh jadinya teh. Doain yaa teh bisa menyusul teh Ani ke Bangkok tahun ini hehe

    ReplyDelete
  8. Haiya, pengalaman banget karena ternyata Teteh nginap di kawasan ajep ajep.

    Noted, one day kalau aku bisa ke Thailand, makannya buah sama seafood aja. Jadi ingin ke sana, bawa anak anak sama ortu kali ya.

    ReplyDelete
  9. Aku ga ke tempat ini semua teh haha ternyata Bangkok banyak destinasinya yah jadi pengen ke sana lagi nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi pengen ngebolang kayak teh Ani deh, seru gitu

      Delete
  10. Wah, semoga suatu saat bisa ke sana. Asyik kayaknya 😍

    ReplyDelete