Di depan kantor pemerintahan Thailand di kawasan Grand Palace |
Baru terlaksana tahun ini ke Bangkok Thailand padahal ingin
ke sana sejak 2010. Lama ya? Faktornya banyak. Mulai dari penentuan prioritas,
persiapan anggaran dan lain-lain. Dalam dua tahun belakangan, saya lagi ngebut traveling. Karena dengan traveling banyak sekali pelajaran hidup
dan inspirasi yang didapatkan. Terutama sesuatu hal yang tak terjadi di
Indonesia.
Melihat sesuatu yang tak biasa disaksikan semakin membuat
diri terbuka sudut pandang dengan banyak hal. Mempelajari hal baru dan menyesuaikan
sikap dengan orang baru. Bahkan, setelah traveling suka banyak ide seliweran. Ide menguntungkan pastinya. :)
Berangkat ke Thailand bikin drama soal paspor yang belum
diperpanjang, masih beruntung dan masih rezeki, paspor jadi di hari H kami
berangkat, untungnya beli tiket penerbangan sore, jadi saya dan Sekar langsung
bawa koper ke imigrasi Jakarta Barat, sempat pasrah takutnya belum jadi,
alhamdulillah ternyata kelar dan kami langsung cabut ke bandara. Lega tapi
lemas!
Mengunjungi Thailand, negara yang bukan pengguna Bahasa
Inggris, membuat komunikasi kadang stuck.
Herannya lagi, pekerja imigrasi di kedatangan bandaranya pun memakai bahasa
isyarat dan tidak ramah.
Entahlah, saya merasa masih banyak pertanyaan soal ini.
Mereka mayoritas seragam berbahasa isyarat dengan orang asing apakah karena menghindari
kericuhan suara karena tidak mengerti, lalu menerapkan kebijakan dengan bahasa
isyarat saja agar lebih tertib. Atau ada alasan lain. Saya masih belum
menemukan jawaban yang memuaskan.
Bersama foto Raja Vajiralongkorn |
Saya ke sana bersama Sekar, Liswanti dan Riri. Langsung
terpana melihat foto Raja Vajilalongkorn dalam figura besar yang dihiasi kain
kuning emas dan bunga gladiol berukuran besar. Rupanya di sana raja itu
didewakan. Foto serupa ada juga di sudut-sudut kota Bangkok serta di pasar dan
tempat umum lainnya. Menurut penduduk lokal, jika ada yang menginjak foto
tersebut atau merusaknya, bisa terkena hukuman penjara.
Kami tiba di Don Mueang International Airport, tak begitu
ramai di bandara ini. Nasib baik bagi kami karena menurut cerita teman, jika
melalui Bandara Suvarnabhumi antrean imigrasi sangat ramai karena itu adalah
bandara utama Thailand. Kalau di Indonesia, Don Mueang itu Bandara Halim-nya.
Kami yang tak menyusun itinerary dari awal, tak memikirkan
mau naik transportasi apa ke hotel di Khao San Road. Tanpa pikir panjang, untuk
memulai petualangan, kami browsing dan
ketemu Bus Express No. A4. Cukup nyaman, ber-AC dan harganya lebih murah dari
pada naik taksi, yaitu THB50 saja. Kalau dalam Rupiah lebih kurang Rp22.500.
Turun langsung di Khao San Road. Berbekal petunjuk google map, akhirnya kami sampai di
hotel. Dengan gelak tawa yang lepas karena tertahan sejak tiba di Bandara Don
Mueang, kami menertawakan diri karena rupanya kami menginap di kawasan ajep-ajep. Khao San Road yang bagaikan
di kawasan Legian Bali. Dunia malam yang panjang dengan turis asing yang
tumplek di sepanjang 400 meter jalan dengan kafe, hostel dan pedagang kaki
lima.
Musik dugem
terdengar hingga ke hotel kami padahal lumayan jauh juga masuk gang. Tapi, ini
jadi cerita unik tentunya. Kami tak menyesal. Karena hanya 3 hari 2 malam dan
kami baru sampai di Khao San Road jam 11 malam, kami tak mau rugi. Setelah
mandi dan shalat, kami ke luar untuk cari makan dan jalan-jalan.
Orang mabuk berseliweran, musik memekakan telinga dan riuh
pedagang kaki lima menawarkan dagangannya membuat kami sibuk menebarkan
pandangan. Kami cukup berhati-hati, menurut pedagang lokal, pencopet biasanya
malam itu beraksi mencari mangsa.
Kami langsung kalap dengan sea food yang dijajakan di kakilima. Terutama untuk cumi bakar
seharga THB50 yang ukurannya jumbo plus sambalnya yang khas manis pedas asam,
Thailand banget! Bikin kami ketagihan.
Buah-buahan yang terbaik kami lahap pula, termasuk durian
yang aduhai! dan tak lupa membeli Pho. Sejenis Mie Kwetiau dengan topping pilihan, bisa sapi atau sea food. Kebetulan Pho yang kami beli
ada logo halalnya. Ter-aman bagi Muslim, jika jajan di Thailand, mendingan beli
sea food atau buah-buahan saja.
Karena MCD di sana juga menyediakan menu pork.
Pilih restoran harus hati-hati sebab makanan halal susah di sana.
Jika nasib baik ketemu pedagang makanan yang muslim, bisa
beli Beef Kebab yang dijual ibu-ibu berkerudung. Di Thailand juga banyak Muslim
yang berjualan makanan. Biasanya, kami langsung borong untuk sekalian makan di
hotel.
Setelah kenyang, kami berempat nongkrong di jalan utama Khao
San Road yang jauh dari kawasan dugem tadi. Kami menikmati malam sambil membeli
camilan jagung rebus yang dijual di pinggir jalan oleh ibu-ibu. Jagung warnanya
putih, rasanya seperti ketan. Legit banget! Makanan lokal yang paling saya
sukai adalah umbi-umbian rebus ini.
Makanan ekstrim pun banyak, jadi ingat Pasar Tomohon di Manado kalau ini hehe. Lihat saja, ada buaya guling, jangkrik goreng, kumbang dan kalajengking. Kami tak mencobanya karena semua makanan ekstrim itu tidak halal dan geli pastinya karena tak terbiasa. Kalau jangkrik halal tapi kami tetap saja tak mau mencobanya. Cukup foto-foto dan cuma foto kita musti bayarTHB10 atau kisaran Rp5000.
Mau ajak ngobrol mereka percuma. Karena mereka tak mengerti blass Bahasa Inggris. Pokoknya, jika ke
Thailand tanpa pakai jasa travel, mendingan banyak-banyak cari informasi
melalui browsing. Jadi lebih puas
karena tahu informasi tempat yang sedang dikunjungi termasuk sejarahnya.
Jam 2 pagi kami pulang ke hotel. Tidur dan besoknya, pagi
sekali kami bergegas supaya kenyang jalan-jalan di tengah waktu yang sempit.
Grand Palace
Tujuan pertama, adalah mengunjungi Grand
Palace kediaman para Raja Thailand.
Kami di sana hanya mengitari luarnya karena tiket masuk
lumayan mahal. Dari luarnya juga sudah terlihat bagus. Kami juga memburu waktu
untuk ke tempat lainnya. Tadinya mau ke Wat Arun, tapi perut sudah keroncongan
padahal sudah sarapan. Kami memutuskan ke Chatuchak Weekend Market saja dulu buat cari makan.
Gems Gallery International Manufacturer
Gems Gallery pabrik perhiasan emas dan perak |
Di tengah perjalanan menuju Chatuchak, beruntung banget kami
menemukan sopir taksi yang cooperative dan
mau berbagi banyak informasi. Sopit taksi ini banyak cerita soal wisata
Thailand, kisah rajanya dan kami pun diberi tahu tempat-tempat wajib kunjung
jika ke Bangkok.
Menurut info dari sopir taksi yang kami tumpangi, lupa kami
tak menanyakan namanya. Setiap taksi resmi di Thailand diberikan rewards
berbentuk poin jika berhasil mengangtarkan turis mancanegara ke tempat wisata
wajib dari pemerintah. Apa lagi jika sambil belanja di tempat tersebut.
Selain sopir dapat poin, penumpang juga dapat gratisan naik
taksi tapi kudu masuk ke destinasi wisatanya. Misalnya ke Madame Tussauds atau
ke Gems Gallery International Manufacturer. Pabrik perhiasan sekaligus toko
tempat belanjanya. Kami di dalam tak diperkenankan mengambil foto perhiasan
dengan alasan privacy dan hak cipta. Tapi kami diperbolehkan memotret para
pekerja yang sedang membuat perhiasan-perhiasan emas dan perak tersebut.
Puas keliling di Gems Gallery, kami cabut ke Chatuchak dengan
taksi yang sama. Dan kesan mendalam di Gems Gallery ini, semua pegawainya bisa
berbahasa Indonesia dengan baik. Lagi-lagi ini karena sikap royal orang
Indonesia yang doyan belanja hehehe. Salut sama dukungan total Pemerintah
Thailand terhadap pariwisatanya. #kode buat pemerintah Indonesia.
Chatuchak
Es Kelapa thailand |
Thai Milk Tea |
Street Food favorit kami |
Sampailah kami di Chatuchak, yang kami cari pertama tentu
makanan, tertuju langsung ke Coconut Ice
Cream yang dijajakan dengan kemasan batok kelapa kecil. Kami menikmati
dengan lahap karena beda dengan es krim biasanya. Topping es krim yang banyak dan es krim yang gurih membuat kami
kenyang duluan sebelum mencari makanan utama.
Karena kekenyangan es krim, kami langsung belanja oleh-oleh
dan baju karena harganya super miring. Banyak juga pedagang di sana yang bisa
berbahasa Indonesia dengan aksen lucu. Karena menurut mereka, orang Indonesia
paling royal belanja. Gak semua kali! Saya saja di sana gak beli banyak. Riri
sama Liswanti yang borong abis hehehe.
Keliling Chatuchak cukup memakan waktu. Sampai tak terasa
waktu sudah Ashar. Alhamdulillah di Chatuchak menyediakan Mushala sehingga kami
shalat dulu dan melanjutkan ke destinasi lain. Lagi-lagi kami tak menyiapkan
itinerary, akhirnya kami memutuskan ke Madame Tussauds Bangkok.
Madame Tussauds Bangkok
Kami langsung mencari bus ke stasiun kereta api Mo Chit BTS.
Hanya dengan 8THB atau lebih kurang Rp4000 saja dari Chatuchak. Disambung naik
kereta turun di Siam Discovery, masuk dan naik ke lantai 4. Karena Madame
Tussauds Bangkok berada di dalam Mall ini.
Menyerbu semua figur-figur patung lilin yang
dikelompokkan mulai dari musisi, politisi dan tokoh-tokoh dunia. Mulai Michael
Jackson, David Beckham, Mahatma Gandhi dan lain-lain. Untuk Madame Tussauds
ini, akan saya posting secara terpisah ya. Pokoknya di sini bisa pose unik atau songong bersama tokoh-tokoh hebat itu.
Setelah puas mengitari Madame Tussauds, kami kembali ke hotel
menggunakan Tuktuk. Berempat terkesan maksa, pokoknya asal semua keangkut,
karena kami gak mau pisah hahaha. Akhirnya ditumpuk dan si abang Tuktuk
langsung nyeletuk kalau bahasa kitanya begini “Kalian pasti dari Indonesia ya?
Sudah biasa begini kalau naik tuktuk.” Katanya hahaha kami pun spontan ketawa
setengah malu-malu singa. Gimana gak malu? Kebiasaan +62 pengin irit, gak mau
pisah sampai rela umpel-umpelan.
Tuk Tuk |
Begini kami umpel-umpelan di tuktuk :)) |
Tapi si abang tuktuk tetap ramah dan ikut ketawa tanda sudah
memaklumi dan tak permasalahkannya. Baiklah karena kami merasa gak enak hati,
gak mau juga nama bangsa tercoreng gara-gara umpel-umpelan di tuktuk, akhirnya
kami tambahin ongkosnya dari kesepakatan di awal walau di abang tuktuk gak
masalah sebenarnya.
Sampai di Khao San Road, kami dihadapkan lagi dengan dunia ajep ajep ini lebih parah! Banyak bule
mabok dan teriak-teriak tapi blessed kami
aman saja dan gak ada yang gangguin. Mereka mabok ((beradab)) kali ya?
Kembali kulineran sea
food, beli Beef Kebab di Mba Mba
Thailand berkerudung, kali ini kita borong mumpung halal ya? Sekalian buat
makan di hotel. Puas, balik ke hotel dengan perasaan senang.
Tiga hari dua malam di Bangkok Thailand, walau singkat
banget, mengingat kami landing jam 10 malam dan pulang jam 8 pagi udah boarding
berarti kalau dihitung kasar kami Cuma sehari ya di Bangkok? Tapi kami puas,
bisa ke beberapa tempat, kulineran, belanja, city tour dan merasakan banyak moda transportasi. Mulai Taksi,
Tuktuk, Bus yang masih bagusan dari kopaja kita, kereta api dan bus patas.
Kami pun puas bisa berinteraksi dengan warga
lokal walau dengan sekuat tenaga sampai berhasil membuat mereka ngerti. Kesan
ini bikin kami tersenyum sendiri atau ngakak bareng saat mengingatnya. Sampai
jumpa di cerita berikutnya!
11 comments
Kalau ingat perjalanan ini selalu kocak banget haha. Apalagi pas naik tuktuk
ReplyDeleteThailand itu seru juga dijelajahi ya
ReplyDeleteBanyak yang unik-unik di sana. Apalagi kulinernya yang ekstrim itu. Huaaaa aku lihat fotonya aja udah merinding
Btw yang pernyataan abang Tuk Tuk itu bikin aku ngikik. Orang Indonesia terkenal euy hihihiihhi
Tehhh itu kalajengking make my night so niggt mare plus buaya mangapnya..tapi food market disana khusus makanan ekstrem seperti d Manado juga ya teh. Duh jadi mupeng banget bisa k luar negeri, semoga tahun ini hehe. Pas baca kisah teh Ani, jadi noted sama beberapa hal kalo semisal aku nanti ke Bangkok
ReplyDeleteMengikuti cerita Teh Ani sejak pembuatan paspor yang penuh drama itu di Wag. Eh saat kita ramai mempertanyakan gimana jadi akhirnya paspor Teteh, ternyata tidak betapa lama muncul foto di FB yang bikin kita di wag kompak lega... Teh Ani lolos! super 10 mode on hehehe
ReplyDeleteIya aku ngikutin kisah pasport itu teh..luar biasa jd ikut deg deg an.. Nya..Bye iya ya Thailand penduduknya banyak yg ga bs bahasa Inggris..jd rada susah komunikasi deh..
ReplyDeleteSeru banget perjalanannya, Teh. Bareng teman - teman akrab makin berkesan. Saya jadi pengin travelling ke sana bareng sohib - sohib juga nih. Yang satu frekuensi supaya senang dan susah tetep asyik.
ReplyDeleteBTW, citra turis Indonesia gini banget ya : royal belanja, tapi maunya irit. Aya - aya wae. hahaha...
Ih teteh jadi, aku jd pengen segera ke Bangkok deh jadinya teh. Doain yaa teh bisa menyusul teh Ani ke Bangkok tahun ini hehe
ReplyDeleteHaiya, pengalaman banget karena ternyata Teteh nginap di kawasan ajep ajep.
ReplyDeleteNoted, one day kalau aku bisa ke Thailand, makannya buah sama seafood aja. Jadi ingin ke sana, bawa anak anak sama ortu kali ya.
Aku ga ke tempat ini semua teh haha ternyata Bangkok banyak destinasinya yah jadi pengen ke sana lagi nih
ReplyDeleteJadi pengen ngebolang kayak teh Ani deh, seru gitu
DeleteWah, semoga suatu saat bisa ke sana. Asyik kayaknya 😍
ReplyDelete