Menikmati Kehangatan Suasana Bugis Street dan Sepanjang Jalan Sultan Singapura
By Food Travel Zone - January 04, 2018
Tak punya banyak waktu
saat di Singapura? Misalnya ke sana pada saat ada acara tertentu atau undangan
tertentu, tak perlu khawatir tak bisa jalan-jalan seperti para traveller. Yang penting, banyak cari
tahu di sekitar daerah itu ada apa saja yang ikonik.
Kebetulan, pas saya
diundang untuk sebuah acara start up di
Marina Bay Sands (MBS) saya sengaja memilih hotel di daerah Jalan Sultan agar
bisa menikmati kemeriahan pusat belanja Bugis Street dan menyelami sejarah Kampong
Glam yang menjadi titik komunitas Muslim di sana.
Jadi, acara utama berjalan
dengan baik, refreshing pun tetap
dapat di sela waktu senggang. Dari Changi Airport naik MRT transit di Stasiun
Tanah Merah lanjut ke Stasiun Bugis. Turun dari MRT masuk ke Bugis Junction dan
Bugis Street ada di sebrang Bugis Junction.
Dari pada jalan-jalan
banyak barang bawaan, mendingan check in
dulu di hotel sambil merenggangkan otot. Hotel tempat saya menginap ada di
Jalan Sultan, terjangkau dengan berjalan kaki sekitar 200 meter. Jalan kaki di
sana nyaman banget. Lengang dan banyak angin. Tertib! Lampu merah yang sepi tak
ada mobil lewat pun kita harus tunggu sampai lampu pejalan kaki hidup baru
boleh menyeberang. Awalnya greget ya pengin langsung nyebrang saja. Tapi harus
singkirkan kebiasaan di negeri sendiri ya.
Sepanjang perjalanan
banyak hal menarik yang bisa dibidik kamera. Mulai dari mural-mural cantik dan
jalan yang tertata rapi.
Dari hotel balik lagi
ke Bugis Street. Masuk area pasar banyak pilihan untuk beli oleh-oleh. Ada
gantungan kunci, kaos, mainan anak, cokelat, permen, tas, sepatu, aksesoris dan
masih banyak lagi. Untuk gantungan kunci harga $10 bisa dapat 15, kaos anak $10
bisa dapat 4 ada lagi aneka cokelat dengan berbagai rasa dan bentuk bisa
didapat $5 untuk 3 bungkus.
Omong-omong tentang
Bugis Street, saya jadi cari tahu mengapa tempat ini dinamai dengan nama salah
satu suku yang Indonesia punya di Sulawesi? Ternyata benar saja, menurut
sejarah yang terpampang di dalam satu frame di Bugis Junction, di sana tertulis
bahwa pertengahan abad 17 Suku Bugis banyak yang berlayar ke pulau-pulau kecil,
salah satunya Singapura.
Kepiawaian berdagang
Suku Bugis memikat Sir Stamford Raffles, penemu Singapura pada 1808. Banyak
masyarakat Bugis yang mendiami satu wilayah Singapura ini dengan tetap
berdagang. Namun sampai saat ini jejak masyarakat Bugis asli sudah tidak
tersisa sedikitpun di sana.
Kembali ke soal
belanja, di Bugis Street ini rata-rata harganya sudah fixed price urusan tawar menawar gak berlaku di sini. Kecuali jika
membeli banyak dan kita bisa merayu bisa dapat diskon walau gak besar.
Setelah keliling, pasti
lapar ya? Melipir ke Bugis Food Street masih di satu area. Sajian kuliner
bermacam-macam mulai yang halal sampai yang haram ada di sana. Beruntungnya,
penjual makanan di sana baik-baik dan selalu memberitahukan komposisi makanan
yang dijualnya. Mereka sepertinya bersaing secara sehat, karena pedagang yang
menjual makanan mengandung babi selalu mengarahkan saya untuk membeli makanan
di kedai lain yang menyuguhkan makanan halal. Misalnya di kedai Muslim atau Budha.
Bugis Food Street |
Laksa Singapura |
Mie goreng nya juara walau sederhana |
Jeruk limau kesturi |
Mangga nya semanis madu |
Makanan yang dicari
pastinya yang ikonik dong. Salah satunya Laksa dan Mie Goreng seharga $3 - $5 yang
bumbunya khas. Minumnya air jeruk kesturi yang segar atau jus buah lainnya
seharga 1$. Keramaian di tempat makan ini tak mengurangi kenyamanan karena
tidak ada tukang ngamen dan lokasinya bersih.
Setelah menikmati Bugis
Street, nikmati juga suasana di sepanjang perjalanan Jalan Sultan untuk
foto-foto di mural dan jika punya cukup banyak waktu, masuk ke gang-gang
Kampong Glam yang suasananya artistik banget. Ada juga Masjid Sultan dengan
kubah emasnya dan kulineran khas Melayu dan Timur Tengah ada di sana.
Menengok sejarah
terbentuknya Kampong Glam juga menambah wawasan peradaban masa lalu dari negeri
jiran. Bisa menjadi pembanding dengan sejarah yang ada di Indonesia yang tentu
saja lebih kaya. Tentunya sangat bersyukur dan saya jadi lebih menghargai
negara sendiri.
Jelang tengah malam
sampai hotel, waktunya merebahkan diri dan menghimpun tenaga untuk acara esok
hari di Marina Bay Sands.
0 comments