Mengais Semangat Nasionalisme Hingga Menelisik Es Krim Legendaris di Sudut Jakarta
Foto: Dok Pribadi |
Mba Ira mulai mengajak kami menjelajahi destinasi pertama dengan menuju Museum Sumpah Pemuda melalui Jalan Kwitang, Senen hingga sampai di Jalan Kramat Raya. Kami diajak masuk ke gedung yang tak seberapa besar ini namun auranya sangat menyentil semangat. Saya merasakan hawa kangen tak terhahankan saat memasuki gedung ini, diiringi penjelasan dari Mba Ira yang runut, sebab 2013 lalu saya sempat ke sana dan masih punya banyak dokumentasi setiap sudutnya.
Namun wisata museum tanpa tour
guide susah juga untuk menggali informasi karena kadang petugas yang ada di
tempat hanya berfungsi sebagai penjaga dan pemelihaa, taka da kapasitas untuk
menjelaskan. Dari wisata virtual inilah saya lebih memahami apa yang terjadi di
bangunan bersejarah ini.
Siapa sangka jika bangunan ini tadinya
adalah tempat penginapan para mahasiswa yang kuliah di kedokteran yang
didirikan Belanda? Hingga menjadi tempat perumusan Sumpah Pemuda di Tahun 1928
dan menjadi tempat untuk menyatukan visi dari pemikiran-pemikiran para
mahasiswa yang punya cita-cita menyatukan bangsa dengan pergerakan-pergerakan
yang dilakukan secara bertahap.
Selain diorama, ada komputer khusus juga untuk mencari sumber sejarah yang lebih lengkap. Ini foto saat saya ke sana bersama anak saya 6 tahun yang lalu. |
Setelah menikmati aura bangunan
sudut demi sudut dengan diorama yang jelas denan patung para tokohnya, saya
tertarik dengan tokoh yang dijelaskan Mba Ira, salah satunya Wage Rudolf Supratman lebih dikenal WR
Supratman, siapapun tahu ya siapa beliau ini? Keterlaluan jika belum tahu.
Sebab lagu ciptaannya yang abadi hingga hari ini, sering ada di upacara di
sekolahan atau menjadi pembuka suatu acara.
Jika lagu tersebut berkumandang, mampu menghipnotis pendengarnya
dalam lautan haru. Hingga menangis bangga. Ya! Beliau adalah pencipta Lagu
Indonesia Raya.
Jadi, di tempat inilah WR
Supratman mempersembahkan lagu Indonesia Raya di hadapan peserta Kongres Pemuda
II. Di samping pencetusan Bahasa Indonesia yang didorong oleh M.Yamin.
Begitu nyata! Apa yang saya lihat
di hadapan laptop ini begitu hidup dan membawa ruh saya menelusuri banyak sudut
di museum itu. Walau wisata secara virtual, mampu menghidupkan setiap sel yang
ada di sendi dan mendorong jiwa yang dahaga untuk melihat dunia luar saat ini
untuk dituntaskan di acara ini.
Pasar Buku Bekas Kwitang, Es Krim Baltik dan Es Krim Tjan Njan
Dari Museum Sumpah Pemuda, kami
diajak kea rah kwitang lagi, kali ini kami melihat pasar buku-buku bekas yang
pernah menjadi terbesar di Asia Tenggara. Beruntung juga, saya pernah ke sana
sebelum pandemi. Di gang-gang penuh buku bekas itu saya serasa melanglangbuana
ke berbagai tempat karena banyak buku dari berbagai tempat, berbagai daerah dan
negara. Rasanya di sana tak cukup seharian.
Mba Ira juga mengingatkan bahwa
di pasar toko buku bekas Kwitang ini adalah salah satu lokasi Film Ada Apa
Dengan Cinta yang hits hingga sekarang. Konon, setelah tayang film ini,
pengunjung ke Kwitang dari berbagai tempat membludak. Luar bisa ya?
Di sekitar Kwitang ternyata ada
ada harta karun kuliner yaitu Es Krim Baltic yang sudah ada sejak 1939! Wow!
Saya menyesal baru tahu saat di virtual
tour ini.
Bicara soal Es Krim, saat kami
diajak ke Museum Joang 45 yang ada di Cikini, kami diajak melihat Gerai Es Krim
Tjan Njan yang sudah ada sejak 1951 dan ini adalah es krim kesukaan Presiden
Sukarno pada masanya. Gerai Es Krim ini hanya ada di Hotel Cikini. Jadi, kalau
mau mencobanya harus ke sana. Jangan lupa beli Rasa Kopyor karena ini adalah
favorit Bapak Sukarno.
Lokasi lain yang kami sambangi di
acara virtual tour ini adalah Gedung Pancasila, dari sini saya menjadi tahu
kalau gedung yang satu area dengan gedung Kementerian Luar Negeri sekarang ini dulunya merupakan gedung Volksraad atau Dewan
Rakyat di masa Belanda berkuasa. Satu-satunya pribumi yang menjadi anggota
volksraad ini adalah M.H. Thamrin yang populer menjadi satu nama jalan di
Jakarta.
Dua lokasi berikutnya adalah
rumah tempat perumusan proklamasi dan Tugu Proklamasi. Yang membuat rasa
nasionalisme kami tumbuh dan merinding saat Mba Ira menjelaskan semua yang
terjadi di masa itu.
Foto bersama usai virtual tour. Dok: Wisata Kreatif Jakarta |
Jangan Abaikan Yang Terdekat
“Buat apa banyak melanglangbuana ke luar negeri jika saat pulang merasa
asing dengan tempat sendiri”
Begini lebih kurang ungkapan
Sastrawan W.S Rendra, yang relevan dengan sikap beberapa orang yang tak peduli
dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan mengabaikan hal-hal menarik dan penting
yang ada di dekatnya. Justru malah yang jauh-jauh dituju dan didahulukan.
Contohnya untuk orang Jakarta dan
sekitarnya, cenderung underestimate
dengan tempatnya sendiri. Merasa bahwa wisata kalau cuma di Jakarta doang, gak
ada apa-apanya. Padahal banyak hal menarik, tempat kuliner asyik dan historis
yang banyak tidak diketahuinya. Seperti cerita di Museum Sumpah Pemuda tadi.
Saya termasuk suka mengeksplor
banyak tempat dimulai dari yang terdekat. Saya tinggal di Tangerang Selatan,
ternyata di sini banyak tempat bagus dan penting untuk diinformasikan.
Misalnya, Danau Situ Gintung di Ciputat, Hutan Kota di Serpong dan masih banyak
lagi.
Insight soal tempat menarik
terdekat yang wajib dikunjungi ini, alhamdulillah saya dapatkan dari Mba Ira Lathief. Founder Wisata Kreatif Jakarta yang menyediakan
layakan walking tour untuk wilayah
DKI Jakarta. Mba Ira sudah saya kenal
sejak 2011 di sebuah acara. Yang saya tahu, Mba Ira penulis buku dan pernah
mendapatkan penghargaan untuk sebuah ajang pageant
career. Belum lama ini juga tampil di acara inspiratif Kick Andy. Siapapun
yang pernah tampil di acara ini, sudah tak diragukan lagi kredibilitas dan
prestasinya.
Akhirnya, saya berkesempatan
mengikuti walking tour virtual ke Museum yang ada di Jakarta bersama
Wisata Kreatif Jakarta yang menggandeng Indonesian Social Blogpreneur Community
dan Toko Buku Kinokuniya. Kami berkumpul
di Zoom Meeting tepat pukul 19.00
WIB. Dilakukan secara virtual karena pandemi. Kami masih ingin cari aman dari
paparan Covid-19 namun kami tak mau kehilangan moment wisata juga.
Dari acara ini, kami merasa
kesadaran kami tergugah pada saat itu juga. Kami jadi sibuk menyusun rencana
dan itinerary setelah pandemi untuk menjelajah Jakarta lebih cermat lagi.
Terima kasih Indonesian Social
Blogpreneur, Wisata Kreatif Jakarta dan
Kinokuniya sudah memfasilitasi virtual tour yang menyehatkan wawasan dan
jiwa kami di masa karantina ini.
Gak sabar mau beli Es Krim Baltic
dan Tjan Njan!!!
2 comments
Uda di rencanain banget niih...kak, kalau jalan-jalan ke Jakarta, minimal nginep 2 hari buat jalan-jalan ke Museum dan kulineeerr...
ReplyDeletePengen cobain Es Krim Baltic dan Tjan Njan.
es krim ragusa juga salah satu yg ikonik loh di jekardah
ReplyDelete