Mengais Semangat Nasionalisme Hingga Menelisik Es Krim Legendaris di Sudut Jakarta

By Food Travel Zone - August 20, 2020

Foto: Dok Pribadi


Mba Ira mulai mengajak kami menjelajahi destinasi pertama dengan menuju Museum Sumpah Pemuda melalui Jalan Kwitang, Senen hingga sampai di Jalan Kramat Raya. Kami diajak masuk ke gedung yang tak seberapa besar ini namun auranya sangat menyentil semangat. Saya merasakan hawa kangen tak terhahankan saat memasuki gedung ini, diiringi penjelasan dari Mba Ira yang runut, sebab 2013 lalu saya sempat ke sana dan masih punya banyak dokumentasi setiap sudutnya.

Namun wisata museum tanpa tour guide susah juga untuk menggali informasi karena kadang petugas yang ada di tempat hanya berfungsi sebagai penjaga dan pemelihaa, taka da kapasitas untuk menjelaskan. Dari wisata virtual inilah saya lebih memahami apa yang terjadi di bangunan bersejarah ini.

Siapa sangka jika bangunan ini tadinya adalah tempat penginapan para mahasiswa yang kuliah di kedokteran yang didirikan Belanda? Hingga menjadi tempat perumusan Sumpah Pemuda di Tahun 1928 dan menjadi tempat untuk menyatukan visi dari pemikiran-pemikiran para mahasiswa yang punya cita-cita menyatukan bangsa dengan pergerakan-pergerakan yang dilakukan secara bertahap.

Selain diorama, ada komputer khusus juga untuk mencari sumber sejarah yang lebih lengkap. Ini foto saat saya ke sana bersama anak saya 6 tahun yang lalu.


Setelah menikmati aura bangunan sudut demi sudut dengan diorama yang jelas denan patung para tokohnya, saya tertarik dengan tokoh yang dijelaskan Mba Ira, salah satunya Wage Rudolf Supratman lebih dikenal WR Supratman, siapapun tahu ya siapa beliau ini? Keterlaluan jika belum tahu. Sebab lagu ciptaannya yang abadi hingga hari ini, sering ada di upacara di sekolahan atau menjadi pembuka suatu acara.

Jika lagu tersebut  berkumandang, mampu menghipnotis pendengarnya dalam lautan haru. Hingga menangis bangga. Ya! Beliau adalah pencipta Lagu Indonesia Raya.

Jadi, di tempat inilah WR Supratman mempersembahkan lagu Indonesia Raya di hadapan peserta Kongres Pemuda II. Di samping pencetusan Bahasa Indonesia yang didorong oleh M.Yamin.

Begitu nyata! Apa yang saya lihat di hadapan laptop ini begitu hidup dan membawa ruh saya menelusuri banyak sudut di museum itu. Walau wisata secara virtual, mampu menghidupkan setiap sel yang ada di sendi dan mendorong jiwa yang dahaga untuk melihat dunia luar saat ini untuk dituntaskan di acara ini.

Pasar Buku Bekas Kwitang, Es Krim Baltik dan Es Krim Tjan Njan

Dari Museum Sumpah Pemuda, kami diajak kea rah kwitang lagi, kali ini kami melihat pasar buku-buku bekas yang pernah menjadi terbesar di Asia Tenggara. Beruntung juga, saya pernah ke sana sebelum pandemi. Di gang-gang penuh buku bekas itu saya serasa melanglangbuana ke berbagai tempat karena banyak buku dari berbagai tempat, berbagai daerah dan negara. Rasanya di sana tak cukup seharian.

Mba Ira juga mengingatkan bahwa di pasar toko buku bekas Kwitang ini adalah salah satu lokasi Film Ada Apa Dengan Cinta yang hits hingga sekarang. Konon, setelah tayang film ini, pengunjung ke Kwitang dari berbagai tempat membludak. Luar bisa ya?

Di sekitar Kwitang ternyata ada ada harta karun kuliner yaitu Es Krim Baltic yang sudah ada sejak 1939! Wow! Saya menyesal baru tahu saat di virtual tour ini.

Bicara soal Es Krim, saat kami diajak ke Museum Joang 45 yang ada di Cikini, kami diajak melihat Gerai Es Krim Tjan Njan yang sudah ada sejak 1951 dan ini adalah es krim kesukaan Presiden Sukarno pada masanya. Gerai Es Krim ini hanya ada di Hotel Cikini. Jadi, kalau mau mencobanya harus ke sana. Jangan lupa beli Rasa Kopyor karena ini adalah favorit Bapak Sukarno.

Lokasi lain yang kami sambangi di acara virtual tour ini adalah Gedung Pancasila, dari sini saya menjadi tahu kalau gedung yang satu area dengan gedung Kementerian Luar Negeri sekarang  ini dulunya merupakan gedung Volksraad atau Dewan Rakyat di masa Belanda berkuasa. Satu-satunya pribumi yang menjadi anggota volksraad ini adalah M.H. Thamrin yang populer menjadi satu nama jalan di Jakarta.

Dua lokasi berikutnya adalah rumah tempat perumusan proklamasi dan Tugu Proklamasi. Yang membuat rasa nasionalisme kami tumbuh dan merinding saat Mba Ira menjelaskan semua yang terjadi di masa itu.

Foto bersama usai virtual tour. Dok: Wisata Kreatif Jakarta


Jangan Abaikan Yang Terdekat

“Buat apa banyak melanglangbuana ke luar negeri jika saat pulang merasa asing dengan tempat sendiri”

Begini lebih kurang ungkapan Sastrawan W.S Rendra, yang relevan dengan sikap beberapa orang yang tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan mengabaikan hal-hal menarik dan penting yang ada di dekatnya. Justru malah yang jauh-jauh dituju dan didahulukan.

Contohnya untuk orang Jakarta dan sekitarnya, cenderung underestimate dengan tempatnya sendiri. Merasa bahwa wisata kalau cuma di Jakarta doang, gak ada apa-apanya. Padahal banyak hal menarik, tempat kuliner asyik dan historis yang banyak tidak diketahuinya. Seperti cerita di Museum Sumpah Pemuda tadi.

Saya termasuk suka mengeksplor banyak tempat dimulai dari yang terdekat. Saya tinggal di Tangerang Selatan, ternyata di sini banyak tempat bagus dan penting untuk diinformasikan. Misalnya, Danau Situ Gintung di Ciputat, Hutan Kota di Serpong dan masih banyak lagi.

Insight soal tempat menarik terdekat yang wajib dikunjungi ini, alhamdulillah saya dapatkan dari Mba Ira Lathief. Founder Wisata Kreatif Jakarta yang menyediakan layakan walking tour untuk wilayah DKI Jakarta.  Mba Ira sudah saya kenal sejak 2011 di sebuah acara. Yang saya tahu, Mba Ira penulis buku dan pernah mendapatkan penghargaan untuk sebuah ajang pageant career. Belum lama ini juga tampil di acara inspiratif Kick Andy. Siapapun yang pernah tampil di acara ini, sudah tak diragukan lagi kredibilitas dan prestasinya.

Akhirnya, saya berkesempatan mengikuti walking tour virtual ke Museum yang ada di Jakarta bersama Wisata Kreatif Jakarta yang menggandeng Indonesian Social Blogpreneur Community dan Toko Buku Kinokuniya.  Kami berkumpul di Zoom Meeting tepat pukul 19.00 WIB. Dilakukan secara virtual karena pandemi. Kami masih ingin cari aman dari paparan Covid-19 namun kami tak mau kehilangan moment wisata juga.

Dari acara ini, kami merasa kesadaran kami tergugah pada saat itu juga. Kami jadi sibuk menyusun rencana dan itinerary setelah pandemi untuk menjelajah Jakarta lebih cermat lagi. Terima kasih Indonesian Social Blogpreneur, Wisata Kreatif Jakarta dan Kinokuniya sudah memfasilitasi virtual tour yang menyehatkan wawasan dan jiwa kami di masa karantina ini.

Gak sabar mau beli Es Krim Baltic dan Tjan Njan!!!

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Uda di rencanain banget niih...kak, kalau jalan-jalan ke Jakarta, minimal nginep 2 hari buat jalan-jalan ke Museum dan kulineeerr...
    Pengen cobain Es Krim Baltic dan Tjan Njan.

    ReplyDelete
  2. es krim ragusa juga salah satu yg ikonik loh di jekardah

    ReplyDelete